Laman

Jumat, 18 Februari 2011

IPB Telah Publikasikan Hasil Penelitian Tentang Enterobacter sakazakii

IPB Telah Publikasikan Hasil Penelitian Tentang Enterobacter sakazakii

Bogor, 16 Februari 2011

Terkait putusan MA yang mewajibkan para tergugat untuk mempublikasikan nama produsen susu formula yang mengandung bakteri Enterobacter sakazakii, sebenarnya penelitian tersebut telah dipresentasikan oleh Dr. Sri Estuningsih sebagai peneliti pada seminar hasil-hasil penelitian di IPB tahun 2007, dan juga dipresentasikan dalam kapasitasnya sebagai narasumber pada rapat penentuan standar mutu pangan di BPOM pada tahun 2006. Penelitian yang sama juga telah dilakukan oleh Dr. Sri Estuningsih pada tahun 2003-2004 dan hasilnya telah dipublikasikan pada beberapa jurnal internasional seperti Journal of Food Protection Vol. 69 tahun 2006 dan International Journal of Food Microbiology Vol. 116 tahun 2007 dan Vol. 136 tahun 2009.

“Penelitian dalam rangka pengawasan keamanan pangan untuk mengungkap merek susu formula yang aman atau tidak, bukanlah kewenangan IPB, melainkan hal tersebut merupakan kewenangan BPOM sebagai bagian dari penegakan hukum dan aturan mengenai keamanan pangan yang beredar di pasaran” jelas Herry Suhardiyanto, rektor IPB di Bogor pada hari ini (14/2).

Menurut Rektor IPB, penelitian yang dilakukan oleh Dr. Sri Estuningsih pada tahun 2006 masih merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian untuk memperoleh informasi lebih lengkap tentang virulensi dan risiko yang ditimbulkan, sehingga dapat diketahui pula cara pencegahannya. Alhasil, penelitian IPB tentang isolasi Enterobacter sakazakii telah menjadi rujukan penting dalam pengembangan standar mutu susu formula dan makanan bayi di Indonesia. Standar mutu susu formula dan makanan untuk bayi itu ditetapkan pemerintah pada bulan Oktober 2008 atau beberapa bulan sejak hasil penelitian IPB itu dipublikasikan.

“IPB sangat mengapresiasi BPOM, yang telah melakukan penelitian pengawasan setelah hasil penelitian Dr. Sri Estuningsih tersebut dipublikasikan,” tambah Herry. IPB juga mengajak masyarakat untuk mempercayai hasil penelitian pengawasan sejak tahun 2008 tersebut, yang menunjukkan bahwa tidak ditemukannya kontaminan E. sakazakii pada semua sampel susu formula.

Melalui penelitian tersebut, Sri Estuningsih menyatakan telah berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri E. sakazakii. “Kami juga mempelajari sifat virulensinya yang merupakan penelitian bidang patologi dengan mengujicobakannya pada mencit atau anak tikus” jelas Sri Estuningsih. Lebih lanjut Sri mengutarakan bahwa penelitian ini bukan ditujukan untuk menguji merek susu formula dan makanan untuk bayi yang mana saja yang tercemar melainkan untuk memberikan kontribusi terhadap khasanah ilmu pengetahuan dan perbaikan standar mutu pangan dan cara praktis pencegahannya.
Sesuai dengan karakter bakteri E. sakazakii yang rentan terhadap panas dan tereliminasi pada suhu 72oC selama 15 detik, maka masyarakat tidak perlu khawatir terhadap keberadaan bakteri tersebut, selama proses penyiapan dan penyajian susu formula dilakukan dengan baik. Dalam pada itu, pemberian ASI jelas lebih sehat dan lebih baik. Namun, bila harus memberikan susu formula kepada bayi maka susu tersebut harus diberikan dengan cara yang benar yaitu menggunakan air dengan suhu lebih dari 70oC atau 10 menit setelah air mendidih.

IPB memegang teguh komitmen untuk selalu berpihak pada kepentingan masyarakat luas, sebagai bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Untuk masalah kandungan E. sakazakii pada susu formula ini, IPB telah proaktif melakukan serangkaian kegiatan riset lanjutan dengan tetap berpedoman norma akademik yang mencakup riset bidang patologi dan keamanan pangan. Menurut Herry, seandainya kami harus mengumumkan 5 sampel yang mengandung E. sakazakii dari 22 sampel yang diteliti pada tahun 2006, maka akan terjadi ketidakadilan antara merek susu formula yang diambil sampelnya yaitu 22 sampel dan merek susu formula lainnya yang tidak diambil sebagai sampel. Hal ini karena memang yang dilakukan Dr. Sri Estuningsih bukan penelitian pengawasan sebagaimana kewenangan BPOM, melainkan penelitian isolasi yang bertujuan mempelajari tentang virulensi dan risiko yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii.

Menurut herry, IPB saat ini memang berada dalam situasi yang sulit. “Di satu sisi, kami harus menjunjung tinggi etika akademik, di sisi lain harus patuh hukum. Saya berharap akan ada jalan keluar yang berlandaskan hukum agar kami tak perlu melanggar etika akademik karena mengumumkan merek susu formula yang sampelnya dulu pernah mengandung E sakazakii. Namun, untuk keberpihakan kepada kepentingan masyarakat, jangan ragukan concern IPB, karena salah satu tri dharma perguruan tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat, dan IPB mempunyai sejarah panjang dalam hal pengabdian kepada masyarakat,” pungkas Herry.***

INFORMASI LENGKAP HUBUNGI:
HUMAS IPB - Kantor Sekretariat Eksekutif IPB
Jl. Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
West Java, Indonesia.
Phone. +62 251 8622634
e-mail : humas_se@ipb.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar